MEMBANGUN KUALITAS MELALUI STRATEGI INFORMASI
DAN SUPPLY-CHAIN MANAGEMENT PADA INDUSTRI CPO
Nelita Enggasari
Program Studi Teknik Industri UGM
Abstrak
This paper describes about journal review in order to
analyze more deeply to get a new enlightenment of SCM implementation in the
real industry also the strategy should be taken. The first journal is written by
Setiadi Djohar, Hendri Tanjung and Eko Ruddy Cahyadi which studied a case of
the best SCM solution implemented in Agroindustry sector. This research is
purpose to mapping SCM problems in PT. Eka Dura Indonesia. The method It is
used is modeling a SCM simulation so that it could be a tool of SCM analysis in
order of quality improvement. The second journal written by Yasrin Zabidi which
discuss about SCM strategy in information and material flows management to
achieve a competition victory. This journal author’s objective is emphasize the
necessary of SCM strategy in many business sector. The method it is used is
literature study. From this review, result a deepen understanding about study
of Logistic and Supply-Chain Management; what are the strategies, how to
develope it, in the real application of any industry sector. Besides, give
an explaination that information system also hold a necessary role of
successful SCM implementation.
Key words : supply-chain
management, information, quality, competitive advantage
1. PENDAHULUAN
Kegiatan industri tidak lepas dari hubungan atau transaksi
antara supplier-customer untuk dapat
memberikan keberlangsungan aktivitas produksi. Hubungan yang sinergis
diperlukan untuk meningkatkan performa dari kinerja suatu perusahaan.
Peningkatan performa kinerja ini akan berimbas pada peningkatan kualitas baik
dari segi produk, pelayanan, maupun akreditasi perusahaan. Peningkatan kualitas
secara berkelanjutan (continous
improvement) akan bermuara pada satu titik tujuan, yaitu peningkatan
produktivitas dan profit. Oleh karenanya, kegiatan supply-chain menegaskan interaksi antar
fungsi pemasaran, pembelian dan produksi pada suatu perusahaan (Siagian, 2005).
SCM atau manajemen rantai pasokan merupakan kegiatan pengelolaan
kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah menjadi barang dalam
proses dan barang jadi kemudian mengirimkan produk tersebut ke konsumen melalui
sistem distribusi (Heizer&Render, 2004).
Kualitas menjadi hal yang memegang peranan penting dalam
keberlangsungan industri. Dalam ISO 9000:2000, kualitas didefinisikan sebagai
derajat dari serangkaian karakteristik yang melekat untuk memenuhi keperluan
tertentu (Besterfield, 2003). Kualitas menjadi indikasi pertama dalam
pengambilan keputusan customer untuk membeli produk dari supplier. Karenanya, dibutuhkan suatu strategi untuk membangun
kualitas itu sendiri, salah satunya adalah dengan manajemen informasi dan
rantai pasokan. Jurnal yang direview
kali ini bertujuan untuk membahas dan mencari solusi terhadap permasalahan
rantai pasokan yang ada pada PT. EDI, sebuah perusahaan pemasok minyak kelapa
sawit, yang pada kasus kali ini SCM sangat berpengaruh pada kualitas kelapa
sawit yang akan diproses. Keutamaan dari jurnal ini ialah menggunakan model
simulasi sebagai tools untuk mencari
solusi. Sehingga dari studi kasus ini dihasilkan alternatif perbaikan yang
dapat dilakukan. Pada jurnal kedua dibahas secara eksplisit bagaimana solusi
dari permasalahan SCM ditinjau dari segi pengelolaan informasi dan aliran
material dengan strategi penerapan dari prinsip-prinsip SCM yang harus dipegang
oleh sebuah perusahaan. Sehingga kedua jurnal ini seolah-olah dapat melengkapi
satu sama lain karena keterkaitan antara permasalahan yang didapat dan solusi
yang diperlukan. Diharapkan dengan adanya review
kedua jurnal ini didapatkan suatu pemahaman mendalam akan pentingnya
peningkatan kualitas produk yang salah satunya dapat dicapai melalui penerapan
strategi SCM. Review jurnal ini hanya
membatasi pada masalah Supply-Chain antara
lokasi awal sumber daya alam dengan pemasok yang dapat mempengaruhi
kualitas sumber daya alam
itu sendiri, ditinjau dari kacamata strategi
pengelolaan informasi dan rantai pasok.
2.1. ULASAN
JURNAL PERTAMA
Jurnal
pertama merupaka sebuah studi kasus permasalahan rantai pasok CPO (Crude Palm Oil) atau minyak kelapa
sawit pada salah satu anak perusahaan Astra Argo Lestari, yaitu PT. Eka Dura
Indonesia (EDI) yang berlokasi di Riau. Penelitian ini bertujuan untuk
memetakan permasalahan supply-chain
CPO mulai dari kebun, kontraktor angkutan, pabrik, tangki timbun CPO, dan
konsumen industri yang berkaitan dengan keunggulan nilai dan produktivitas.
Selain itu, studi kasus ini bertujuan untuk membangun model simulasi SCM dengan
software Stella 4.0.2 sebagai strategic tool dalam mengembangkan
strategi mencapai keunggulan kompetitif (Djohar et.al, 2003). Metode penelitian
yang digunakan penulis adalah observasi dan wawancara lapangan. Penelitian
tentang kasus ini menggunakan pendekatan sistem dan model simulasi dalam
memahami SCM (Djohar et.al, 2003). Langkah selanjutnya adalah pertama kali
memilah data dan mengidentifikasi permasalahan dengan menggunakan salah satu tools quality control, yaitu cause
and effect Diagram atau Fishbone Diagram yang dikembangkan oleh Dr.
Ishikawa. Kemudian memformulasikan model untuk melakukan analisis system yang
meliputi skenario terhadap biaya, volume dan kualitas produksi CPO. Secara garis
besar, kerangka konseptual penelitian dapat tertuang dalam alur dibawah ini.

Gambar 2.1.1. Kerangka Konseptual Penelitian (Djohar et.al., 2003)
Menurut penelitian ini keunggulan kompetitif dapat diraih
melalui keunggulan nilai dan keunggulan produktivitas. Dimana keunggulan nilai
diindikasikan dengan kualitas kelapa sawit, yaitu tercermin dari kandungan FFA (Free Fatty Acid) atau asam lemak
bebas. Sehingga semakin tinggi kadar FFA, semakin rendah kualitas CPOnya
(Djohar, et.al., 2003).

Gambar 2.1.2 Fishbone Diagram (Djohar et.al, 2003)
Buah kelapa
sawit memiliki karakteristik produk yang khusus, yaitu cepat busuk dan tidak
tahan lama apabila material handlingnya tidak sesuai, karenanya dibutuhkan
penanganan khusus untuk mengatasi masalah ini. Pengujian setelah penelitian ini
menghasilkan hipotesis bahwa permasalahan rantai pasok terdapat dalam banyaknya
persentase buah busuk yang terdelivery ke
pabrik. Setelah ditelusuri, ternyata buah sawit busuk disebabkan oleh dua hal,
yaitu panen yang terlambat dan adanya waktu inap buah sawit di kebun dalam
jangka waktu lebih dari semalam. Dari analisis mendalam tentang permasalahan
ini dideskripsikan dengan Fishbone
Diagram pada gambar 2.1.2, sehingga didapat bahwa akar masalah penyebab tersebut
ditimbulkan dari perotasian panjang, faktor kelalaian manusia (human error), serta sistem dan alat transportasi yang
tidak memenuhi kebutuhan.
Analisis lebih
lanjut, kualitas dari CPO dapat dipengaruhi oleh aktivitas pabrik, seperti
material handling yang tidak tepat dapat menyebabkan luka pada buah yang dapat
mempercepat terjadinya proses oksidasi yang berujung pada kenaikan FFA (Djohar
et.al., 2003). Material handling yang
digunakan adalah alat berat penyorong buah. Sisi permasalahan rantai pasoknya,
adalah bahwa ketika kapasitas pabrik kurang dari jumlah Tandan Buah Segar (TBS)
yang diterima pada jam-jam tertentu, maka akan terjadi penumpukan buah di
lantai. Penumpukan buah di lantai pabrik mengharuskan dilakukannya bongkar
lantai dengan memakai alat penyorong buah.
Keunggulan
kompetiitif juga dapat dicapai dengan keunggulan produktivitas, dimana
permasalahan yang dialami oleh PT. EDI adalah total output income tidak sebanding dengan potensinya. Akar masalah
dari hal ini adalah terjadinya looses
(kehilangan) dikarenakan buah tinggal, buah menginap di kebun terlalu lama, dan
brondolan buah yang tidak terambil. Disamping itu, adanya masalah pada kenaikan
rendemen yang terlihat pada gambar 2.1.2. Dimana erat hubungannya ketika tandan buah yang masih
mentah sangat sedikit mengandung minyak, dan hal ini dapat mengurangi profit
pada perusahaan. Penulis mengaitkan masalah ini dengan lemahnya organisasi
panen dan sistem sanksi pada pemanen maupun mandor panen yang tidak subyektif dalam
menyeleksi buah sawit panen karena ingin mendapatkan premi yang lebih.
Pemetaan
masalah-masalah tersebut merupakan input dari pemodelan simulasi SCM, yang
meliputi model strategi dan taktis yang bertujuan untuk mengetahui implikasi
dari permasalahan-permasalahan tersebut untuk kemudian digunakan dalam
mengembangkan strategi SCM.
Strategi
|
Aksi
|
Sourcing
|
Pembenahan organisasi panen
Control quality assurance
Peningkatan produktivitas kebun
Optimalisasi penggunaan lahan
|
Supply Flow
|
Perbaikan manajemen transportasi
buah
Pembangunan infrastruktur all weather
|
Demand Flow
|
Perencanaan volume produksi
Penerapan Pull-System
Manajemen tangki timbun
|
Customer Service
|
Peningkatan pelayanan konsumen
|
Supply-Chain Integration
|
Integrasi kebun, kontraktor
angkutan, pabrik, konsumen industri
|
Tabel 2.1.1. Analisis Strategi SCM
untuk PT.EDI
Akhirnya,
penulis memberikan kesimpulan bahwa keunggulan nilai didominasi oleh ketepatan
panen dan penjadwalan pasokan dari pemasok dengan kontraktor angkutan.
Sedangkan keunggulan produktivitas didominasi oleh tingginya biaya per palm
product yang berkaitan dengan lemahnya organisasi panen dan manajemen
transportasi buah (Djohar et.al, 2003). Dan juga, studi ini berhasil membangun
model simulasi untuk meramalkan pasokan dari masing-masing pemasok sebagai
input simulasi volume dan kualitas CPO serta sasaran pasarnya.
Penulis juga
memberikan saran terhadap PT.EDI bahwa strategi SCM dapat diterapkan dengan
baik apabila memenui syarat seperti ketersediaan informasi pasokan, adanya
komitmen dari pemasok untuk menepati jadwal pasokan, pemahaman semua orang yang
terlibat dalam sistem untuk pencapaian target, koordinasi yang sinergis antara
semua pihak yang terkait, serta adanya evaluasi kinerja quality control. Kesemua syarat ini akan menunjang keberhasilan
strategi SCM yang dibangun untuk menuju keunggulan kompetitif dari segi
kualitas baik di mata customer maupun di mata perusahaan kompetitor.
2.2. ULASAN JURNAL KEDUA
Jurnal kedua
merupakan sebuah studi literatur yang mengetengahkan tema besar supply-chain sebagai teknik terbaru
dalam pengelolaan material dan informasi dalam memenangkan persaingan. Penulis
mengetengahkan konsep-konsep dasar Supply-Chain
Management serta beberapa strategi yang harus diperhatikan oleh para
pengelola supply-chain. Tujuan dari penulisan jurnal kedua ini adalah memberi gambaran
bagaimana persaingan waktu maupun kualitas dapat diunggulkan dengan pengimplementasian
strategi SCM yang baik berdasarkan pengalaman perusahaan besar yang
menerapkannya serta memberikan arah perkembangan SCM di masa datang. Penulis memaparkan tentang latar belakang munculnya
SCM, yaitu mengenai pola tradisional dimana aktivitas-aktivitas yang terjadi
dalam rantai pasok seperti ditunjukkan oleh gambar 2.2.1. tidak dikoordinasi.
Sebagai contoh, tiap bagian aktivitas membuat ukruran-ukuran tersendiri dalam
menentukan kesuksesan pekerjaannya (Zabidi, 2001). Dengan kata lain hubungan
antara pihak yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan rantai pasok hanya sebatas
pada transaksi ketika diperlukan, tanpa mempertimbangkan bagaimana hubungan
yang sinergis antara pihak-pihak yang terkait dapat berjalan dengan baik.

Gambar 2.2.1. Struktur Supply-Chain yang disederhanakan (Zabidi, 2001)
Seiring dengan berkembangnya zaman,
terjadilah perubahan lingkungan dan orientasi bisnis. Perubahan ini disebabkan
oleh semakin kompleksnya kebutuhan konsumen yang kritis, berkembang pesatnya
infrastruktur informasi dan transportasi, tumbuhnya kesadaran akan pentingnya
aspek sosial dan lingkungan, serta globalisasi perekonomian dunia. Hal ini
menghasilkan paradigma berpikir baru terhadap urgensi dari keunggulan
kompetitif. Pada akhirnya, paradigma inilah yang mengantarkan bahwa pendekatan
SCM berbasis jalinan kerjasama baik internal, eksternal maupun fungsional dalam
suatu struktur supply-chain sangat diperlukan untuk meraih keunggulan
kompetitif tersebut. Penulis juga menjelaskan fungsi utama dari SCM sendiri,
yaitu sebagai pengkonversi bahan baku menjadi produk jadi yang sampai di tangan
konsumen, dan sebagai mediasi pasar. Fungsi ini nantinya akan terkait dengan
strategi yang SCM yang harus dijalankan, dengan mengetahui karakteristik dari
produk seperti yang diilustrasikan pada tabel 2.2.1. Dan tabel 2.2.2.

Tabel 2.2.1. Karakteristik Produk
Fungsional Vs Inovatif (Zabidi, 2001)

Tabel 2.2.2. Strategi SCM Menurut
Jenis Produk (Zabidi, 2001)
Lean
Supply-Chain menekankan pada penghematan ongkos-ongkos fisik yang terjadi
dalam aktivitas rantai pasok dan strategi ini sesuai jika diterapkan dengan
sistem produksi yang memiliki tipikal produk lebih bersifat kebutuhan dasar.
Sedangkan Agile Supply-chain
menekankan pada kecepatan respon dalam menerima kebutuhan konsumen yang
bervariasi dan membutuhkan spesialisasi, strategi ini sesuai apabila diterapkan
pada karakteristik produk yang memerlukan inovasi secara berkelanjutan.
Dalam
implementasi strategi SCM, terdapat beberapa jebakan yang harus di-aware oleh para pemegang kegiatan rantai
pasok. Penulis mengutip dalam studi literaturnya dari Lee dan Billington
(1992), menyebutkan bahwa jebakan-jebakan itu antara lain :
·
Pengukuran
kinerja yang tidak terdefinisi dengan jelas
·
Pelayanan
konsumen yang tidak terdefinisi dengan jelas
·
Status data
pengiriman yang tidak akurat
·
Sistem
informasi yang tidak efisien
·
Terabaikannya
dampak uncertainty
·
Kebijakan
inventori yang sederhana
·
Diskriminasi
terhadap konsumen internal
·
Koordinasi
antar aktivitas supplai
·
Analisis
metode pengiriman yang tidak lengkap
·
Kendala
komunikasi
·
Perancangan
produk yang tidak mempertimbangkan SC
·
Operasional
SC yang terpisah
·
Definisi
ongkos yang tidak tepat
·
Ketidak
lengkapan rantai pasok itu sendiri
Dari
paparan diatas, akhirnya penulis menyimpulkan bahwa SCM akan segera menjadi
keharusan bagi setiap perusahaan yang ingin bertahan, bukan hanya bagi
perusahaan yang ingin memimpin kompetisi di pasaran (Zabidi, 2001). Karena
inilah, pengembangan dari SCM-SCM model baru akan bermunculan seperti; Fourth Party Logistic (4PL) yang
menekankan pada pengelolaan hubungan perusahaan dengan pihak ketiga atau bagian
shipment, JIT II yang menekankan pada
prinsip kemitraan yang erat antara perusahaan dengan pemasok, Vendor Managed Inventory (VMI) dimana
pemasoklah yang bertanggung jawab untuk menjaga kelangsungan ketersediaan
produk yang akan dijual berdasarkan informasi, serta Global Pipeline Management (GPM) yang merupakan sebuah filosofi
dimana konsep kontrol satu titik terhadap aliran material dalam basis
informasi.
3. PEMBAHASAN
Dalam manufaktur, 50 – 80 persen biaya
terkait kegiatan Supply Chain, sehingga jika Supply Chain tidak baik,
organisasi tidak akan sanggup menghadapi tujuan global (Tanjung, 2005). Dari ulasan jurnal-jurnal tersebut, jika ditelaah secara
mendalam, pada nantinya, jurnal kedua akan
sangat berkaitan dengan jurnal pertama, dengan kata lain, jurnal kedua
merupakan solusi dari case study
jurnal pertama secara teoritis dan eksplisit. Dari hasil
penelitian case study terhadap
penurunan kualitas CPO yang dihasilkan oleh PT. EDI mengindikasikan adanya chaos atau terdapatnya
permasalahan-permasalahan permukaan yang ternyata berakar pada kekacauan sistem
rantai pasoknya. Case study yang
dilakukan sudah berhasil membangun model untuk menelusuri masalah pokoknya dan
penulis jurnal pertama dapat memberikan saran perbaikan dari analisis simulasi
model kegiatan supply-chain.
Tanjung (2005) dalam papernya
menjelaskan, ada 4 faktor kunci keberhasilan SCM
yaitu :
1. SCM adalah
kegiatan Cross Functional (internal). Akibatnya, SCM merupakan urusan
semua orang, baik orang produksi, keuangan, dan lain-lain
2. Secara
eksternal, perusahaan, pemasok, grosir dan pengecer itu adalah mitra, dimana
perlu memiliki strategic alliance
3. Menggunakan IT
base Sistem menjadi mutlak adanya
4. SCM selalu
berkembang, perlu continous improvement
Seharusnya jurnal kedua lebih banyak mengupas secara dalam dan detail
mengenai 4 faktor kunci tersebut, sehingga dari hal dasar tersebut dapat
didiferensialkan menjadi cabang-cabang strategis implementasi SCM. Keterkaitan
dan pengaruh dengan adanya implementasi SCM dengan strategi atau kebijakan yang
diambil perusahaan dapat diilustrasikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Dukungan Supply-Chain
Terhadap Strategi Perusahaan (Heyzer&Render, 1999)
Kualitas
merupakan sebuah tolak ukur dari penilaian diterima atau tidaknya performa dari
sebuah produk atau sistem. Garvin (1988) dalam bukunya Managing Quality: The Strategic and Competitive Edge memberikan
dimensi dari pengukuran kualitas yang meliputi Performa, Fitur, Conformance, Kehandalan, Durability, Pelayanan, Tanggung jawab,
Estetika, dan Reputasi. Kedelapan dimensi ini dijadikan panduan dasar untuk
pengukuran sebuah kualitas. Untuk mencapai kualitas yang sempurna, tentu ada
sistem yang harus diberikan pengontrolan dan perbaikan secara berkesinambungan (continous improvement) agar produk
dihasilkan secara tepat (just-in-time)
sehingga keunggulan kompetitif dapat tercapai. Salah satu sistem yang memegang
erat pengaruh terhadap kualitas tersebut adalah sistem rantai pasok. Siagian
(2005) memaparkan bahwa keunggulan bersaing dapat diperoleh dari :
1.
Diferensiasi,
yaitu berusaha menciptakan produk baru yang inovatif
2.
Kepeloporan
biaya, yaitu berusaha meminimalkan biaya tanpa mengurangi kualitas
3.
Respon yang
cepat, yaitu fleksibel, cepat tanggap, dan handal dalam menghadapi
perubahan-perubahan bisnis
Hanya saja,
keterbatasan pada jurnal pertama, tidak memberikan penjelasan yang detail
tentang ketiga hal diatas. Jika dikaitkan dengan isi dari jurnal kedua, kasus
yang dihadapi oleh PT.EDI dalam hal ini adalah karakteristik produk CPO yang
dihasilkan bukan berupa produk inovatif, akan tetapi produk fungsional yang
memiliki ciri volume produksi tinggi dan tujuan utama harga yang murah.
Sehingga, strategi SCM yang tepat digunakan dalam kasus ini adalah lean supply-chain. Untuk itu, dibutuhkan
koordinasi yang baik antar channel
dalam rantai pasok untuk mengurangi variabilitas dan ketidak pastian permintaan
maupun suplai (Zabidi, 2001).
Berdasarkan
hal ini, strategi information sharing
sangat memgang peranan penting dalam hal koordinasi maupun komunikasi antar
mata rantai kegiatan pasok. Menurut Sikora et.al (2001) information sharing membantu mengkounter dari efek variabilitas
yang pada umumnya disebabkan oleh adanya lag-time
antara channel partner dan data
mengenai persediaan material pada supply-chain.
Dengan adanya aturan sharing
informasi dapat mengurangi efek “bullwhip”
(keadaan yang mendesak atau tiba-tiba terjadi sehingga membuat kepanikan atau
keteledoran) yang terjadi luas ketika ada distorsi dari informasi.
Dari
penerapan strategi supply-chain yang
berhasil dikembangkan oleh salah satu perusahaan besar dunia, yaitu P&G, dapat diambil sebuah inspirasi
mengenai pentingnya pengintegrasian sistem informasi dalam mencapai keunggulan
kompetitif baik secara kualitas maupun profit. Dengan pengintegrasian informasi
yang didapat tersebut dapat dipakai sebagai alat pengambil keputusan secara strategis,
taktis, atau operasional. Grean (2002) dalam jurnalnya mengenai case study pada kolaborasi P&G-Wal Mart mengatakan bahwa
integrasi dan sharing sistem
informasi dapat mengurangi ketidak akuratan data, meningkatkan koordinasi dan
komunikasi yang berimbas pada kelancaran sistem aliran pasok. Keuntungan dari
strategi ini diilustrasikan dalam gambar 4.

Gambar 3.1. Level Inventory (a)
dengan information sharing (b)
(Grean, 2003)
Jika
diimplementasikan ke dalam studi kasus CPO pada PT. EDI, adanya information sharing yang ditingkatkan
antara pengelola kebun kelapa sawit, kontraktor angkut, dan perusahaan akan
berefek pada peningkatan kualitas CPO secara tidak langsung. Misalnya, dapat
diindikasikan dari berkurangnya inventory kelapa sawit akibat ketidakteraturan
jadwal pasokan akibat tidak berjalannya kordinasi yang dapat menyebabkan
penumpukan kelapa sawit menginap di kebun atau dalam antrian proses produksi.
Penumpukan dan waktu tunggu ini akan membuat buah kelapa sawit menjadi busuk
dengan meningkatnya FFA, sehingga menimbulkan penurunan kualitas. Pada
akhirnya, akan lebih baik jika dilakukan penelitian yang lebih fokus dan
mendalam terhadap korelasi antara information-sharing dengan implementasi
strategi SCM pada PT. EDI.
Sistem informasi akhirnya menjadi
sangat penting dan pada umumnya hal ini malah banyak diabaikan atau tidak
menjadi fokus perhatian oleh para supply channel
partner. Setiawan et.al (2006) dalam jurnalnya memaparkan bahwa
peningkatan integrasi supply chain dilakukan untuk memperpendek jarak
yang terbentang antara pemasok sampai konsumen. Semakin pendek jarak tersebut
maka arus barang dan informasi dalam supply chain perusahaan akan
semakin cepat sehingga berdampak pada peningkatan kemampuan perusahaan dalam
merespon keinginan konsumen, yang pada akhirnya mempengaruhi peningkatan
loyalitas konsumen dan pangsa pasar perusahaan.

Gambar 3.2. Arus Informasi dan Material dalam Rantai Pasok
(Heyzer&Render, 1999)
Pendekatan
yang dapat digunakan untuk memberikan solusi atas permasalahan studi kasus ini
adalah penerapan Just-In-Time (JIT).
McLeod (1998) menjelaskan bahwa pendekatan JIT menjaga arus material melalui
pabrik hingga minimum dengan menjadwalkan material agar tiba di stasiun kerja
tepat pada waktunya. Sehingga waktu menjadi dasar dari persaingan market global
seperti sekarang. McLeod (1996) melanjutkan alurnya, pasokan bahan baku tiba
dari lokasi sumber daya alam sebelum produksi dijadwalkan untuk mulai setelah
itu bahan baku memasuki produksi atau mengalami antrian.
Masalah
yang terjadi pada PT.EDI, adalah belum diterapkannya sistem JIT pada
pengelolaan rantai pasoknya. Sehingga terjadi tumpukan-tumpukan buah kelapa
sawit yang belum masuk ke lini pengolahan dengan waktu yang lama. JIT hanya
akan terlaksana dengan baik jika sistem informasi mulai dari pihak kebun sawit
sampai ke perusahaan terintegrasi dan terup-date
dengan baik. Integrasi informasi ini secara teknis dapat dilakukan melalui
ERP atau Enterprise Resource Planning
dimana
dapat mengintegrasikan
data keuangan sehingga top management
dapat melihat dan mengontrol
kinerja keuangan perusahaan dengan lebih baik. Disamping itu, ERP menstandarkan proses operasi
melalui implementasi best practice
sehingga terjadi peningkatan produktivitas, penurunan inefisiensi dan
peningkatan kualitas
produk serta menstandarkan
data dan informasi melalui keseragaman pelaporan, terutama untuk perusahaan
besar yang biasanya terdiri dari banyak business unit dengan jumlah dan jenis
bisnis yg berbeda-beda (Ngole, 2003). Solusi ini dapat menjadi saran tambahan pada jurnal
pertama.
Secara
teknisnya, PT.EDI akan memerlukan beberapa jenis sistem informasi untuk
meningkatkan kualitas CPOnya, yaitu Sistem Manajemen Pesanan, Sistem Manajemen
Gudang, dan Sistem Manajemen Transportasi (Siagian, 2005). Aplikasinya, sistem
manajemen pemesanan meliputi pengaturan kontak dengan pihak kebun pada saat
pendataan dan penempatan bahan baku tandan buah sawit sehingga ketersediaan
material terjamin. Kemudian sistem manajemen gudang berkaitan erat dengan
sistem manajemen pemesanan agar dapat mengetahui apa saja yang tersedia
sehingga meng-sinkronisasi data persediaan bahan baku, kegiatannya meliputi
penetapan tingkat persediaan, pemilihan pesanan, pemilihan rute, dan estimasi
ketersediaan bahan baku sawit. Terakhir, sistem manajemen transportasi yang
terdiri atas konsolidasi pengiriman, rute alat transportasi, mengetahui dan
mencari jalan keluar jika terdapat komplain, mengikuti proses pengiriman, dan
mengatur jadwal pengiriman dari kebun ke gudang berdasarkan data yang telah
tersedia pada informasi ketersediaan bahan baku.
4. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, akhirnya
dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang menggunakan strategi informasi akan
berupaya mempunyai jaringan kerja yang baik dengan pemasok bahan baku. Kordinasi
kegiatan dalam rantai pasok melalui kerjasama yang sinergis menjadi kunci pokok
tujuan perusahaan, sehingga memperoleh informasi menjadi sangat penting. Tujuan
untuk mencapai peningkatan kualitas produk yang unggul secara kompetitif dapat
diwujudkan dengan implementasi strategi Supply-Chain
Management. Penurunan dari strategi ini memerlukan keakuratan data
informasi dan information sharing
antara pemasok bahan baku dengan perusahaan yang berguna untuk mengatur aliran
bahan baku agar proses produksi dapat berjalan stream-lined. Penurunan strategi SCM ini dapat berupa aplikasi JIT,
penerapan ERP dan pengelolaan sistem manajemen parsial meliputi pemesanan, warehousing, dan transportasi.
5. DAFTAR PUSTAKA
Besterfield, D. H., 2003, Total Quality Management, 3rd edition, Pearson
Education, Inc.
Djohar, S., Tanjung H., Cahyadi, E.R., 2003, Building a Competitive on CPO through Supply
Chain Management: A Case Study in PT. Eka Dura Indonesia, Astra Agro Lestari,
Riau, Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol.1 No.1 April 2003
Garvin, David A., 1988, Managing Quality: The Strategic and Competitive Edge, New York Free
Press
Grean, M., Shaw M. J., 2002, Supply-Chain
Integration through Information Sharing: Channel Partnership between Wal-Mart
and Procter & Gamble, Journal of Customer Business Development, The Procter and
Gamble Distributing Company
Heizer and
Render, 2004, Operations Management,
Fifth Edition, International Edition, Prentice Hall, Internasional, Inc
Li, J., Shaw M. J., Sikora R. T., 2001, The Effects of Information Sharing Strategies on Supply Chain
Performance, Journal of Dept. of Business Adiministration, Illinois
University
Mcleod, R. Jr., 1996, Management Information System: A Study of Computer-Based Information
System, 6th edition, Prentice Hall, Inc.
Mcleod, R. Jr., 1998, Management Information System, 7th edition, Prentice
Hall, Inc.
Ngole., 2006, Enterprise
Resource Planning (ERP) [Online, accessed 27 November 2007]. URL: http://www.ngole.wordpress.com
Setiawan,
A.I., Santosa H., 2006, Integrasi Supply Chain Pada Industri Tekstil:
Survei Pada Retailer Dan Grosir Di Jawa Tengah Dan Jawa Timur, Jurnal Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret
Siagian Y.M., 2005, Aplikasi Supply Chain Management Dalam Dunia Bisnis, Gramedia
Tanjung, Hari S.B., 2005, Unggul Bersaing Melalui Supply Chain Management [Online,
accessed 27 November 2007]. URL: http://www.hendriyusufbrother.com
Zabidi, Yasrin, 2001, Supply-Chain Management: Teknik Terbaru dalam Mengelola Aliran
Material/Produk dan Informasi dalam Memenangkan Persaingan”, Jurnal
“Usahawan” No.2 Th XXX
Casino games: play online slot machines for free or - Dr.MCD
BalasHapusThe best online 안동 출장안마 casino games for 인천광역 출장마사지 real money. 강릉 출장안마 slots machine, free 제주 출장안마 casino games, 논산 출장마사지 slots games for real money.